CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Tuesday, February 17, 2009

MANDIKAN AKU BONDA!


> Di bawah ini adalah satu contoh tragis sering kali orang tidak mensyukuri
> apa yang dimilikinya hingga keakhirnya
>
> Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan sekuliahku ini berotak cemerlang
> dan
> memiliki idealisme yang tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep
> dirinya sudah jelas meraih yang terbaik, di bidang akademik mahupun
> profesion yang akan diceburinya. ''Why not the best'' katanya selalu,
> mengutip ucapan seorang mantan presiden Amerika.
>
> Ketika pihak Universiti menghantar mahasiswa untuk menuntut di
> International Law Di Universiteit Utrecht , Belanda, Rani termasuk salah
> seorang daripadanya. Saya pula lebih memilih menyelesaikan pendidikan
> dalam
> bidang kedoktoran. Berikutnya, Rani mendapat jodoh yang ''selevel'';
> sama-sama berprestasi, meskipun berbeza profesion.
>
> Aliffya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani dilantik sebagai Staf
> Diplomat, bertepatan dengan selesai suaminya meraih PHD. Maka lengkaplah
> kebahagiaan mereka. Kononnya, nama putera mereka itu diambil dari huruf
> pertama hijaiyah ''Aliff'' dan huruf terakhir ''Ya'', jadilah nama yang
> enak didengar: Aliffya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud
> menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir.
>
> Ketika Aliff, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani
> semakin menggila. Bak GARUDA, hampir setiap hari ia terbang dari satu kota
> ke kotalain, dan dari satu negara ke negara lain. Sebenarnya saya pernah
> bertanya, ''tidakkah si Aliff terlalu kecil untuk ditinggal-tinggalka n?
> ''
> Dengan pantas Rani menjawab, ''oh, saya sudah mengandaikan segala
> sesuatunya. Everything is ok!'' ucapannya itu betul-betul ia buktikan.
> Layanan dan perhatian anaknya, ditangani secara profesional oleh baby
> sitter "mahal". Rani cuma mengawal jadual Aliff melalui telefon. Aliff
> membesar menjadi anak yang kelihatan lincah, cerdas dan mudah mengerti.
>
> Nenek-neneknya selalu menonj olkan kebanggaan mereka kepada cucu yang amat
> dikasihi itu, tentang kehebatan ibu-bapanya. Tentang jawatan dan nama
> besar, tentang kekerapan menaiki pesawat, dan wang yang banyak.
> ''Contohilah ayah-Bonda Aliff, kalau Aliff besar nanti.'' begitu selalu
> nenek Aliff (ibu Rani) berpesan di akhir cerita sebelum tidurnya. Ketika
> Aliff berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik. Terkejut
> dengan
> permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali menagih pengertian
> anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang
> adik buat Aliff. Sungguh anak kecil ini "memahami" orang tuanya. Buktinya,
> kata Rani, ia tak lagi merengek minta adik. Aliff, tampaknya mewarisi
> karaktor ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang
> lewat, ia jarang sekali merungut.bahkan, kata Rani, Aliff selalu menyambut
> kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Rani memanggilnya ''malaikat
> kecilku''.
>
> Sungguh keluarga yang bahagia, fikir saya.. Meskipun kedua orangtuanya
> super
> sibuk, Aliff tetap membesar dgn penuh kasih sayang. Diam-diam, saya
> irihati
> pada keluarga ini. Suatu hari, sebelum Rani berangkat ke pejabat, entah
> mengapa Aliff menolak dimandikan baby sitter. "Aliff ingin Bonda
> mandikan",
> ujarnya penuh harapan. Serba salah saja Rani, yang setiap detik waktunya
> sangat berharga, gusar. Ia menolak permintaan Aliff sambil terus berdandan
> dan mempersiapkan keperluan pejabatnya. Suaminya pun turut memujuk Aliff
> agar mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya. Sesungguhnya, Aliff
> mengerti dan menurut, meskipun wajahnya berkerut. Peristiwa ini berulang
> sampai hampir seminggu. ''Bonda, mandikan aku!'' kian lama suara Aliff
> penuh tekanan. Lalu, Rani dan suaminya berfikir, mungkin itu kerana Aliff
> sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah
> dipujuk-pujuk, akhirnya Aliff dapat ditinggal juga.
>
> Pada satu petang, saya dikejutkan oleh telefon Mien, si baby sitter. 'Puan
> doktor, Aliff demam dan kejang-kejang. Sekarang di emergency" dengan
> pantas, saya terus ke ICU. But it was too late. Allah SWT sudah punya
> rencana lain. Aliff, si malaikat kecil, telah dipanggil pulang oleh-Nya.
>
> Rani, ketika diberi tahu tentang Aliff, sedang merasmikan pejabat barunya.
> Ia sangat terperanjat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia
> adalah memandikan putranya. Setelah seminggu Aliff mula menuntut
> dimandikan, Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu masa memandikan
> anaknya sendiri.
>
> Dan siang itu, janji Rani terkabul, meskipun setelah tubuh si kecil
> terbaring kaku. ''Ini Bonda lif, Bonda mandikan Aliff,'' ucapnya lemah, di
> tengah-tangah jemaah yang sunyi. Satu persatu rakan Rani menjauhi dari
> sisinya, berusaha menyembunyikan tangisan.
>
> Ketika tanah merah telah menutup jasad si kecil, kami masih berdiri di
> sisi
> pusara. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu, berkata, ''ini sudah
> takdir, ya kan. Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan,
> kalau sudah masanya, ia dia pergi juga kan ?" saya diam saja.
>
> Rasanya Rani memang tak memerlukan hiburan dari orang lain. Suaminya tegak
> seperti tak bernyawa. Wajahnya pucat, pandangannya kosong. "ini
> konsekuensi
> dari sebuah pilihan," ujar Rani, tetap mencuba tegar dan kuat. Hening
> seketika.. Angin senja meniupkan aroma bunga kemboja. Tiba-tiba Rani
> berlutut. "aku ibunyaaa!" teriaknya seperti histeria, lalu meraung hebat.
> Rasanya baru kali ini saya menyaksikan Rani menangis, lebih-lebih lagi
> tangisan yang meledak. "bangunlah Lif, Bonda mau mandikan Aliff. Beri
> kesempatan Bonda sekali saja lif. Sekali saja, Aliff....... ..." Rani
> merintih merayu-hiba. Seketika kemudian, ia mencampakkan dirinya ke pusara
> dan tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah merah yang
> menaungi jasad Aliff. Senja pun makin tua.
>
> § Nasi sudah menjadi bubur, sesal tidak lagi dapat menolongnya.
> § Hal yang nampaknya mudah sering kali menimbulkan sesal dan
> kehilangan yang amat sangat.
> § Sering kali orang yang sibuk 'di luar', asik dengan dunianya
> dan
> ambition sendiri hingga mengabaikan orang-orang disampingnya yang
> disayanginya. Akan masih ada waktu 'nanti' buat mereka jadi abaikan saja
> dulu.
> § Sering kali orang takabur dan merasa yakin bahawa pengertian dan
> kasih sayang yang diterimanya tidak akan hilang. Merasa mereka akan
> mengerti kerana mereka menyayanginya dan tetap akan ada.
> § Pelajaran yang sangat menyedihkan. Semoga yang membacanya dapat
> mengambil iktibar yang terkandung dalam kisah tersebut.

0 comments: